Benteng Somba Opu
ILMUWAN Inggris, William Wallace, menyatakan, Benteng Somba Opu adalah benteng terkuat yang pernah dibangun orang nusantara. Benteng ini adalah saksi sejarah kegigihan Sultan Hasanuddin serta rakyatnya mempertahankan kedaulatan negerinya.
Artikel ini telah dipindahkan ke lokasi ini...SEJARAH SINGKAT BENTENG SOMBA OPU
Benteng Somba Opu mulai dibangun pada tahun 1525 saat kepemimpinan Raja Gowa IX, Tumapa'risi Kallona (1510-1546). Benteng ini pertama kali dibangun dengan tanah liat. Berfungsi menjadi kota raja. Di dalamnya dibangun istana raja, rumah para bangsawan, rumah para pegawai kerajaan, dan pusat perdagangan.
Saat itu, wilayah di mana Benteng Somba Opu berdiri(Makassar), adalah salah satu kota bandar terbesar di Asia, yang menguasai urat nadi perdagangan Asia-Pasifik. Bandar raya Makassar menjadi hub internasional yang dipenuhi oleh kapal-kapal phinisi dan kapal-kapal dagang asing dari Arab dan Cina.
Pada masa kepemimpinan Raja Gowa X, I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng (1546-1565), bangunan Benteng Somba Opu dirombak. Dari tanah liat menjadi bangunan batu bata. Perekatnya bukan semen melainkan putih telur. Sejak saat itu, Benteng Somba Opu menjadi benteng yang sangat kuat.
Sementara itu, tahun 1596 orang-orang Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman menginjakkan kakinya di pelabuhan Banten. Enam tahun kemudian, VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) didirikan. Perserikatan dagang Belanda itu masuk Sulawesi tahun 1607. Pada tahun 1615, VOC meminta hak monopoli. Tapi Sultan Gowa menolaknya.
Perang Makassar berkecamuk antara tahun 1655 sampai 1669. Saat itu Kerajaan Gowa dipimpin I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangappe yang bergelar Sultan Hasanuddin. Perang terjadi karena VOC memaksa monopoli jalur dagang nusantara. Sultan Hasanuddin yang menolak agresi itu mengobarkan perlawanan sengit.
Memasuki pertengahan tahun 1669, pasukan Gowa terdesak dan melawan habis-habisan dari dalam benteng. Benteng itu sendiri tidak bisa direbut. Bola-bola besi yang dimuntahkan moncong meriam Belanda tak mampu menjebol dindingnya. Namun pengepungan dan isolasi total terhadap Benteng Somba Opu akhirnya membuat pasukan Gowa lemah.
Jumat, 24 Juni 1669, karena ribuan rakyatnya terancam mati di dalam benteng, Sultan Hasanuddin terpaksa menerima opsi menyerah dengan menandatangani sebuah perjanjian di Bungaya, daerah di sebelah utara benteng. Karena itu disebut Perjanjian Bungaya. Isinya menegaskan hak monopoli Belanda.
Usai perjanjian itu, seluruh orang pribumi hengkang dari Somba Opu. Banyak pula yang dihukum mati. Tahun itu Gowa mulai memasuki era kolonialisme, menyusul wilayah lain di nusantara yang telah lebih dulu jatuh ke dalam kekuasaan Belanda.
Setelah kekalahan pasukan Gowa, Benteng Somba Opu dihancurkan. Puing-puing benteng itu baru ditemukan kembali oleh sejumlah arkeolog pada tahun 1980-an. Dinding-dindingnya terbenam di dalam tanah. Secara umum kondisinya mengenaskan. Tahun 1990, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan penggalian.
Referensi
www.depdagri.go.id
www.indonesia.go.id
www.kompas.com
0 comments:
Post a Comment
Anda punya komentar terhadap tulisan ini?