Makam Syeh Yusuf
SYEH Yusuf adalah pejuang multiras, multi negara, dan penganjur agama Islam yang gigih. Makamnya memiliki ciri makan tua. Uniknya, makam Syeh Yusuf di Gowa adalah satu dari lima versi makamnya yang lain yang tersebar di tiga negara.
Artikel ini telah dipindahkan ke lokasi ini...SEJARAH SINGKAT SYEH YUSUF
Syeh Yusuf lahir di Tallo (Makassar) pada 13 Juli 1626 (8 Syawal 1036 Hijriah). Nama kecilnya adala Muhammad Yusuf. Ibundanya bernama Aminah, puteri dari Gallarang, Moncongloe, Gowa. Sedangkan siapa ayahnya,sejarahwan masih memperdebatkannya hingga sekarang.
Saat ia lahir, Islam telah menjadi agama resmi Kesultanan Gowa. Keluarga Aminah adalah rakyat jelata. Kehidupan Yusuf kecil terangkat ketika ibunya itu dinikahi Sultan Alauddin, Sultan Gowa XIV. Ia mendapatkan pendidikan agama hingga dewasa dan menjadi penganjur Islam yang gigih.
Yusuf remaja adalah seorang yang pintar. Karena itu ia menjadi pengajar dan memiliki banyak murid. Ia juga seorang idealis yang antikolonialisme. Saat itu, VOC (Verenidge Oost-Indische Compagnie) atau Serikat Dagang Hindia Timur sedang gencar memonopoli perdagangan di nusantara, termasuk di Gowa. Suaranya lantang menentang Belanda.
Pada usia 18 tahun ia naik haji. Sepulang dari Mekah, ia singgah di Banten. Ia mengulangi kunjungannya pada tahun 1672 dan memutuskan untuk berjuang bersama Sultan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa, melawan VOC setelah negerinya, Gowa, lebih dulu diporakporandakan.
Syeh Yusuf masih terus melawan bahkan ketika Sultan Ageng Tirtayasa telah dilumpuhkan. Pada 14 Desember 1683 barulah ia ditangkap di Sukapura, Tasikmalaya, dan diasingkan ke Batavia. September 1684, ia diasingkan ke Srilanka. Syeh Yusuf tak kapok, ia masih terus melawan Belanda di Srilanka. Juli 1993, ia bersama 49 pengikutnya dibuang lebih jauh lagi, ke Afrika Selatan.
Meski sudah jauh dari tanah kelahiran, Syeh Yusuf tetap melanjutkan aktifitasnya. Di tempat itu dia dan muridnya mengembangkan ajaran agama Islam. Selama enam tahun di Afrika Selatan, dia menghabisi sisa hidupnya dengan mengajarkan keadilan dan kedamaian. Berjuang bersama rakyat setempat melawan penjajahan di sana.
Syeh Yusuf wafat pada 23 Mei 1699 di usia 73 tahun. Sultan Banten dan Sultan Gowa berebut meminta Belanda untuk menguburkan jenazahnya. Pada 5 April 1704, peti yang membawa jenazah Syeh Yusuf tiba di Makassar dan segera dimakamkam di Lakiung, Gowa. Tapi benarkah itu jazad Syeh Yusuf yang terbaring? Sebab, makam Syeh Yusuf juga ada di Banten, Madura, Srilanka, dan Cape Town. Tuhan maha tahu.
Referensi:
www.myrmnews.com
www.republika.com
khalwatiyah-syekh-yusuf.or.id
0 comments:
Post a Comment
Anda punya komentar terhadap tulisan ini?