Selamat Datang di Makassar


Makassar adalah Ibu Kota Sulawesi Selatan. Kota ini memiliki banyak tempat menarik, pulau-pulau eksotis, pantai yang indah, kesenian yang atraktif, hiburan, dan kuliner khas. Makassar juga merupakan pintu gerbang wisata lainnya di Sulawesi, seperti Tana Toraja, Bunaken, dan Wakatobi.

Makassar dapat dijangkau melalui udara atau laut. Banyak penerbangan langsung ke Makassar, satu jam dari Bali dan Surabaya, dua jam dari Jakarta. dan tiga jam dari Kuala Lumpur. Info selengkapnya

Makam Sultan Hasanuddin

SULTAN Hasanuddin adalah satu dari sekian banyak Raja Gowa yang mengalami masa paling pahit. Pada masanya, Gowa ditaklukkan dalam penjajahan. Ia menghabiskan seluruh hidupnya untuk melawan. Makamnya ada di daerah Katangka.

Artikel ini telah dipindahkan ke lokasi ini...

SEJARAH SINGKAT SULTAN HASANUDDIN

Sultan Hasanuddin (1631-1670) adalah Raja Gowa XVI. Ia mengalami masa terpahit dalam sejarah Kerajaan Gowa karena harus takluk terhadap Belanda untuk kepentingan monopoli dagang VOC. Namun karena keberaniannya, Sultan Hasanuddin dijuluki de haantjes van het oosten (ayam jantan dari timur).

Lahir pada 11 Januari 1631 di lingkungan kerajaan dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangeppe. Ia menggantikan ayahnya, Sultan Malikussaid, sebagai Raja Gowa pada usia 18 tahun dan mendapatkan gelar Sultan Hasanuddin.

Saat Sultan Hasanuddin naik tahta, VOC sedang berusaha menaklukkan kerajaan-kerajaan nusantara. Gowa dengan bandarnya yang besar menguasai jalur perdagangan. Belanda menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil untuk merebut Gowa. Mengambil manfaat dari perseteruan antarkerajaan itu, termasuk perseteruan Gowa dengan Bone.

Perang Makassar berkecamuk pada tahun 1655 sampai 1669. Kota ini sulit ditembus dari laut karena dilindungi oleh 17 benteng. Tetapi memasuki pertengahan tahun 1669, pasukan Gowa terjepit. Digempur dari laut oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Cornelis Speelman dan diserang dari darat oleh pasukan Kerajaan Bone pimpinan Aru Palaka.

Sultan Hasanuddin melawan habis-habisan dari Benteng Somba Opu. Karena isolasi total terhadap benteng, ribuan rakyatnya terancam mati. Ia pun terpaksa menerima opsi menandatangani Perjanjian Bungaya pada 18 November 1667. Dari 29 pasal, seluruhnya hanya menegaskan monopoli VOC.

Tahun 1669, Sultan Hasanuddin menanggalkan tahta dan diserahkan kepada putranya, I Mappasomba Daeng Nguraga Tumenanga ri Allu yang bergelar Sultan Amir Hamzah. Kemudian ia maju berperang bersama rakyatnya melawan Belanda dengan semboyan, "Lebih baik hancur lebur daripada dijajah orang."

Sultan Hasanuddin wafat di Gowa pada tanggal 12 Juni 1670 setelah menderita penyakit ari-ari. Jazadnya dimakamkan di Bukit Tinggimae pada lokasi bekas Istana Tamalate, kota raja pertama Kerajaan Gowa.


Sumber:
www.budaya.sulsel.go.id
www.indonesia.go.id

0 comments:

Post a Comment

Anda punya komentar terhadap tulisan ini?

Labels


  © Blogger template 'Contemplation' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP