Makam Raja-raja Tallo
MAKASSAR berkembang dari sebuah wilayah kecil bernama Tallo. Di wilayah inilah jazad para pendiri Makassar terbaring. Jika ingin menapak tilas dan memahami arti penting Makassar dalam sejarah peradaban nusantara, datanglah ke Tallo.
Artikel ini telah dipindahkan ke lokasi ini...SEJARAH SINGKAT KERAJAAN TALLO
Sebelum tahun 1460, daerah yang sekarang disebut Tallo itu merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Gowa. Pada masa Raja Gowa VI, Tunatangka Lopi (1445-1460), kerajaan ini dibagi menjadi dua yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Pemisahan terjadi karena Tunatangka Lopi memiliki dua anak yang sama-sama ingin berkuasa.
Setelah Tunatangka Lopi meninggal dunia, Tuniawanga Ri Paralekkanna meneruskan tahta ayahnya sebagai Raja Gowa VII. Sementara saudaranya, Karaeng Loe Ri Sero, menjadi Raja Tallo yang pertama. Selama hampir satu abad, dua kerajaan ini berjalan sendiri-sendiri.
Pada masa Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Mangnguntungi yang bergelar Tumapa'risi Kallona (1510-1546), dua kerajaan ini disatukan kembali. Wilayah Tallo kembali menjadi bagian dari Kerajaan Gowa. Ibu Kota kerajaan ini berada di dalam Benteng Somba Opu.
Namun Raja Tallo tetap memegang kekuasaan atas wilayahnya sendiri sebagai mangkubumi. Sistem ketatanegaraan dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menghilangkan sama sekali kekuasaan Raja Tallo. Sejak saat itu, orang sering menyebut Gowa Tallo secara bersama-sama sebagai Kerajaan Makassar.
Tallo berperan besar sebagai kota bandar bagi kerajaan Gowa. Menjadi simpul perdagangan Asia-Pasifik bersama kota bandar Sunda Kelapa di Pulau Jawa sebelum akhirnya diporakporandakan oleh VOC yang berhasil memonopoli jalur perdagangan di nusantara.
Pada akhir abad XVI, agama Islam masuk. Mangkubumi Tallo, I Mallingkang Daeng Manyonri Karaeng Katangka, adalah orang pertama yang memeluk agama Islam. Langkah ini disusul oleh Raja Gowa XIV, I Mangngarangi Daeng Manrabia. Selanjutnya, Kerajaan Gowa mengambil bentuk kesultanan dan memberikan I Mangngarangi gelar Sultan Alauddin. Ia adalah kakek Sultan Hasanuddin.
Pada hari Jumat, 9 November 1607, Mangkubumi Tallo menggelar salat Jumat pertama di Masjid Tallo. Pelaksanaan salat Jumat ini adalah sekaligus sebagai deklarasi bahwa Islam telah menjadi agama resmi Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo). Masjid di mana salat Jumat pertama itu digelar saat ini masih kokoh berdiri. Tentu dengan beberapa kali renovasi.
Para sejarahwan di Sulawesi Selatan bersepakat, 9 November 1607 adalah hari jadi Kota Makassar. Sementara jazad para Raja dan Mangkubumi Tallo dimakamkan dalam satu kompleks, tak jauh dari masjid tempat salat Jumat pertama diselenggarakan.
0 comments:
Post a Comment
Anda punya komentar terhadap tulisan ini?