Makam Pangeran Diponegoro
PANGERAN Diponegoro adalah pahlawan nasional berasal dari Jawa Tengah. Namun bumi Jawa sendiri tidak "memiliki" tubuhnya. Karena tubuh orang yang telah mengobarkan Perang Jawa itu dimakamkan di Kota Makassar.
Artikel ini telah dipindahkan ke lokasi ini...SEJARAH SINGKAT PERANG JAWA
Pangeran Diponegoro lahir di Jawa Tengah pada 11 November 1785. Ia merupakan putera Sultan Hamengkubuwono III. Saat pangeran lahir dan besar, seluruh wilayah nusantara telah berada dalam cengkraman penjajahan Belanda.
Pada Mei 1825, Pemerintah Hindia membuat jalan dari Yogyakarta ke Magelang. Pembangunan jalan itu melewati Tegalrejo, desa di mana Diponegoro tinggal. Di salah satu sektor, jalan itu melanggar kompleks makam leluhur Diponegoro. Pangeran ini marah dan memerintahkan pengikutnya mencabut patok-patok.
Dipenogoro dianggap memberontak. Pada 20 Juli 1825, pasukan Belanda mengepung kediamannya. Pangeran dan pengikutnya lari dan bersembunyi di Gua Selarong, perbatasan Bantul dan Kulonprogo. Sementara Belanda yang tidak berhasil menangkapnya, membakar habis desa.
Dari gua itulah Pangeran Diponegoro menyusun pasukan. Selanjutnya, selama lima tahun berperang melawan Belanda. Perang Diponegoro disebut juga perang Jawa (1825 1830), perang terbesar yang pernah terjadi sepanjang penjajahan Belanda di nusantara. Sebanyak 15 dari 19 pangeran di Yogyakarta ikut bergabung.
Pertempuran terbuka kerap berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Begitu sengitnya, bila pasukan Belanda dapat menguasai suatu wilayah pada siang hari, pasukan Diponegoro merebutnya kembali pada malam hari. Begitu sebaliknya. Jalur logistik dibangun, mesiu terus diproduksi.
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan 23.000 serdadu. Tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan dengan strategi pengepungan. Dua tahun kemudian, Kyai Maja, pemimpin spiritual pasukan Diponegoro ditangkap. Menyusul Pangeran Mangkubumi dan Panglima Sentot Alibasyah menyerah.
Pada 28 Maret 1830, pasukan di bawah perintah Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Diponegoro menyatakan bersedia menyerah dengan syarat sisa anggota pasukannya dilepaskan. Ia ditangkap dan diasingkan ke Manado, lalu dipindahkan ke Makassar.
Sejak saat itulah, Perang Jawa dinyatakan berakhir. Perang besar ini menewaskan 8.000 serdadu Belanda, 7.000 serdadu Diponegoro, dan 200.000 warga Jawa. Setelah perang ini usai, penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya.
Pangeran Diponegoro disekap di Benteng Fort Rotterdam hingga ia meninggal dunia pada udia 70 tahun, tepatnya 8 Januari 1855. Jenazahnya dimakamkan di Kampung Jerra yang sekarang menjadi Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar. Di situ pula dimakamkan pengikut dan turunannya.
Referensi
www.depdagri.go.id
0 comments:
Post a Comment
Anda punya komentar terhadap tulisan ini?